Rabu, 01 Januari 2014

Teknik Pengkodean Data, Pengertian Multiplexing, Teknik Multiplexing


1.        TEKNIK PENGKODEAN DATA

Dalam proses telekomunikasi, data tersebut harus dimengerti baik dari sisi  pengirim maupun dari sisi penerima. Untuk mencapai hal tersebut, data harus  diubah dalam bentuk khusus yaitu sandi untuk komunikasi data. 
Berikut adalah sistem sandi yang biasa digunakan:
1.        ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
a.    Standar ini paling banyak digunakan
b.    Merupakan sandi 7 bit
c.    Terdapat 128 macam symbol yang dapat diberi sandi ini
d.   Untuk transmisi asinkron terdiri dari 10 atau 11 bit, yaitu: 1 bit  awal, 7 bit data, 1 bit paritas, 1 atau 2 bit akhir.
2.        Sandi Baudot Code (CCITT alphabet No.2 / Telex Code)
a.    Terdiri dari 5 bit
b.    Terdapat 32 macam symbol
c.    Digunakan dua sandi khusus sehingga semua abjad dan angka  dapat diberi sandi yaitu:
1)        LETTERS (11111)
2)        FIGURES (11011)
d.   Tiap karakter terdiri dari: 1 bit awal, 5 bit data dan 1 bit akhir
3.        Sandi 4 atau 8
a.    Sandi dari IBM dengan kombinasi yang diperbolehkan adalah 4  buah “1” dan 4 buah “0”
b.    Terdapat 70 karakter yang dapat diberi sandi ini
c.    Transmisi asinkron membutuhkan 10 bit, yaitu: 1 bit awal, 8 bit  data dan 1 bit akhir
4.        BCD (Binary Coded Decimal)
a.       Terdiri dari 6 bit
b.      Terdapat 64 kombinasi sandi
c.       Transmisi asinkron membutuhkan 9 bit, yaitu: 1 bit awal, 6 bit  data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir.

5.        EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code)
a.       Sandi 8 bit untuk 256 karakter
b.      Transmisi asinkron membutuhkan 11 bit, yaitu: 1 bit awal, 8 bit  data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir.

Ada empat kombinasi hubungan data dan sinyal, yaitu:
1.        Data digital, sinyal digital
Perangkat pengkodean data digital menjadi sinyal digital lebih sederhana daripada perangkat modulasi digital-to-analog.
2.        Data analog, sinyal digital
Konversi data analog ke bentuk digital memungkinkan pengguna perangkat transmisi dan switching digital.
3.        Data digital, sinyal analog
Beberapa media transmisi hanya bisa merambatkan sinyal analog, misalnya unguided media.
4.        Data analog, sinyal analog
Data analog dapat dikirimkan dalam bentuk sinyal baseband, misalnya transmisi suara pada saluran pelanggan PSTN.

Data Digital, Sinyal Digital
Data digital merupakan data yang memiliki deretan data yang memiliki ciri-ciri tersendiri. Salah satu contoh data digital adalah teks. Permasalahannya adalah data tersebut tidak dapat langsung ditransmisikan dalam sistem komunikasi. Data tersebut harus terlebih dahulu diubah dalam bentuk biner.
Elemen sinyal adalah tiap pulsa dari sinyal digital. Data binary atau digital ditransmisikan dengan mengkodekan bit-bit data kedalam elemen-elemen sinyal.
Faktor kesuksesan penerima dalam mengartikan sinyal yang datang:
a.         Ratio Signal to Noise (S/N) :  peningkatan S/N akan menurunkan bit error rate.
b.        Kecepatan data (data rate) :  peningkatan data rate akan meningkatkan bit  error rate  (kecepatan error pada bit)
c.         Bandwidth                           : peningkatan bandwidth data meningkatkan   data rate
 Hubungan ketiga faktor tersebut adalah:
1.        Kecepatan data bertambah, maka kecepatan  error pun bertambah,  sehingga memungkinkan bit yang diterima error.
2.        Kenaikan S/N mengakibatkan kecepatan error berkurang.
3.        Lebar bandwidth membesar yang diperbolehkan, kecepatan data akan  bertambah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi coding:
a.   Spektrum sinyal    =  jumlah komponen frekuensi tinggi yang sedikit berarti   lebih hemat bandwidth transmisi
b.   Clocking = menyediakan mekanisme sinkronisasi antara source dan destination.
c.   Deteksi kesalahan  =  kemampuan error detection dapat dilakukan secara sederhana oleh skema line coding.
d.   Kekebalan terhadap interferensi sinyal dan derau  =  dinyatakan dalam BER
e.   Biaya dan kompleksitas  =   semakin tinggi laju pensinyalan atau laju data,   semakin besar biaya.

Teknik data digital, sinyal digital terbagi atas:
1.        Non-Return to Zero / NRZ
a.         NRZ-L (NRZ-Level)
·      Dua tegangan yang berbeda antara bit 1 dan bit 0
·      Tegangan konstan selama interval bit
·      Tidak ada transisi yaitu tegangan no return to zero
b.         NRZ-I (NRZ-Inverted)
·      Pulsa tegangan konstan untuk durasi bit
·      Transisi = 1
·      Tidak ada transisi = 0
2.        Biphase
a.         Manchester, dapat dilihat pada Gambar 2.2e.
b.         Differensial Manchester,
3.        Multilevel Binary
a.       Bipolar AMI
Suatu kode dimana binary „0‟ diwakili dengan tidak adanya line  sinyal dan binary „1‟ diwakili oleh suatu pulsa positif atau negatif.
b.      Pseudoternary
Suatu kode dimana binary '1' diwakili oleh ketiadaan line sinyal  dan  binary '0' oleh pergantian pulsa-pulsa positif dan negatif.
Data Digital, Sinyal Analog
Transmisi data digital dengan menggunakan sinyal analog. Contoh umum  yaitu  public telephone network.  Device yang dipakai yaitu modem (modulator  demodulator) yang mengubah data digital ke sinyal analog (modulator) dan  sebaliknya mengubah sinyal analog menjadi data digital (demodulator).
Tiga teknik dasar  encoding atau modulasi untuk mengubah data digital  menjadi sinyal analog:
1.        ASK (Amplitude-shift keying)
Modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai  tegangan tertentu (misalnya 1 Volt) dan sinyal digital 0 sebagai sinyal  digital dengan tegangan 0 Volt.
2.        FSK (Frequency-shift keying)
Modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai  tegangan dengan frekuensi tertentu, sementara sinyal digital 0 dinyatakan  sebagai suatu nilai tegangan dengan frekuensi tertentu yang berbeda.
3.        PSK (Phase-shift keying)
Modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan tertentu dengan beda fasa tertentu pula (misalnya tegangan 1  Volt dengan beda fasa 0 derajat), dan sinyal digital 0 sebagai suatu nilai  tegangan tertentu (yang sama dengan nilai tegangan sinyal PSK bernilai 1,  misalnya 1 Volt) dengan beda fasa yang berbeda (misalnya beda fasa 180 derajat).
Data Analog, Sinyal Digital
Transformasi data analog ke sinyal digital, proses ini dikenal sebagai  digitalisasi. Tiga hal yang paling umum terjadi setelah proses digitalisasi adalah:
1.        Data digital dapat ditransmisikan menggunakan NRZ-L.
2.        Data digital dapat di-encode sebagai sinyal digital memakai kode NRZ-L. Dengan demikian, diperlukan step tambahan.
3.        Data digital dapat diubah menjadi sinyal analog, menggunakan salah satu  teknik modulasi.
Codec (Coder-decoder) adalah  device yang digunakan untuk mengubah  data analog menjadi bentuk digital untuk transmisi, yang kemudian mendapatkan  kembali data analog dari data digital tersebut. 
Dua teknik yang digunakan dalam codec adalah:
1.        Pulse Code Modulation
Dari teori sampling diketahui bahwa frekuensi sampling  (fS) harus lebih besar atau sama dengan dua kali frekuensi tertinggi  dari sinyal (fH), fS ≥ 2 fH.  Sinyal asal dianggap mempunyai  bandwidth B maka kecepatan pengambilan sampel yaitu 2B atau
1/2B detik. Sampel-sampel ini diwakilkan sebagai pulsa-pulsa  pendek yang amplitudo nya proporsional terhadap nilai dari sinyal  asal. Proses ini dikenal sebagai  pulse amplitude modulation (PAM). Kemudian amplitudo tiap pulsa PAM dihampiri dengan nbit integer, sehingga dihasilkan data PCM. Sedangkan pada
receiver, prosesnya merupakan kebalikan dari proses diatas untuk
memperoleh data analog.
2.        Delta Code Modulation 
Proses dimana suatu input analog didekati dengan suatu  fungsi tangga yang bergerak naik atau turun dengan satu  level  quantization (δ) pada tiap interval sampling (TS), dan  outputnya  diwakilkan sebagai suatu bit  binary tunggal untuk tiap sampel ('1' dihasilkan bila fungsi tangganya naik selama interval berikutnya;'0' dihasilkan untuk keadaan sebaliknya).

Data Analog, Sinyal Analog
Alasan dasar dari proses ini adalah diperlukannya frekuensi tinggi untuk  transmisi yang efektif. Untuk transmisi  unguided, hal tersebut tidak mungkin  untuk mentransmisi sinyal-sinyal  baseband  dan juga antena-antena yang  diperlukan akan menjadi beberapa kilometer diameternya, modulasi mendukung  frequency-division multiplexing.

Teknik Modulasi memakai data analog adalah:
1.        Amplitude Modulation (AM)
Modulasi ini menggunakan amplitudo sinyal analog untuk  membedakan kedua keadaan sinyal digital, dimana frekuensi dan phasenya  tetap, amplitudo yang berubah. AM adalah modulasi yang paling mudah,  tetapi mudah juga dipengaruhi oleh keadaan media transmisinya.
2.        Frequency Modulation (FM)
Modulasi ini menggunakan sinyal analog untuk membedakan  kedua keadaan sinyal digital, dimana amplitudo dan phasenya tetap, frekuensi yang berubah. Kecepatan transmisi mencapai 1200 bit per detik. Untuk transmisi data sistem yang umum dipakai FSK.
3.        Phase Modulation (PM)
Modulasi ini menggunakan perbedaan sudut phase sinyal analog untuk membedakan kedua keadaan sinyal digital, dimana frekuensi dan amplitudo tetap, phase yang berubah. Cara ini paling baik, tapi paling  sukar, biasanya dipergunakan untuk pengiriman data dalam jumlah besar yang banyak dan kecepatan yang tinggi.

sumber



2.        PENGERTIAN MULTIPLEXING
Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Istilah ini adalah istilah dalam dunia telekomunikasi. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar & penerima (transceiver), atau kabel optik. Contoh aplikasi dari teknik multiplexing ini adalah pada jaringan transmisi jarak jauh, baik yang menggunakan kabel maupun yang menggunakan media udara (wireless atau radio). Sebagai contoh, satu helai kabel optik Surabaya-Jakarta bisa dipakai untuk menyalurkan ribuan percakapan telepon. Idenya adalah bagaimana menggabungkan ribuan informasi percakapan (voice) yang berasal dari ribuan pelanggan telepon tanpa saling bercampur satu sama lain.
Teknik multiplexing ada beberapa cara. Yang pertama, multiplexing dengan cara menata tiap informasi (suara percakapan 1 pelanggan) sedemikian rupa sehingga menempati satu alokasi frekuensi selebar sekitar 4 kHz. Teknik ini dinamakan Frequency Division Multiplexing (FDM). Teknologi ini digunakan di Indonesia hingga tahun 90-an pada jaringan telepon analog dan sistem satelit analog sebelum digantikan dengan teknologi digital.
Pada tahun 2000-an ini, ide dasar FDM digunakan dalam teknologi saluran pelanggan digital yang dikenal dengan modem ADSL (asymetric digital subscriber loop). Yang kedua adalah multiplexing dengan cara tiap pelanggan menggunakan saluran secara bergantian. Teknik ini dinamakan Time Division Multiplexing (TDM). Tiap pelanggan diberi jatah waktu (time slot) tertentu sedemikian rupa sehingga semua informasi percakapan bisa dikirim melalui satu saluran secara bersama-sama tanpa disadari oleh pelanggan bahwa mereka sebenarnya bergantian menggunakan saluran. Kenapa si pelanggan tidak merasakan pergantian itu? Karena pergantiannya terjadi setiap 125 microsecond; berapapun jumlah pelanggan atau informasi yang ingin di-multiplex, setiap pelanggan akan mendapatkan giliran setiap 125 microsecond, hanya jatah waktunya semakin cepat. Teknik multiplexing yang ketiga adalah yang digunakan dalam saluran kabel optik yang disebut Wavelength Division Multiplexing (WDM), yaitu satu kabel optik dipakai untuk menyalurkan lebih dari satu sumber sinar dimana satu sinar dengan lamda tertentu mewakili satu sumber informasi.
Pada pembahasan ini, digambarkan teknik-teknik yang efisien dalam penggunaan data link dengan beban yang sangat berat. Secara spesifik, dengan perangkat yang dihubungkan dengan jalur ujung-ke-ujung, umumnya diharapkan adanya frame multiple yang menonjol sehingga link data tidak macet di antara kedua station tersebut. Biasanya, dua station yang saling berkomunikasi tidak akan menggunakan link data berkapasitas penuh. Untuk efisiensinya, kaasitas tersebut harus dibagi. Istilah umum untuk pembagian semacam itu disebut multiplexing.
Aplikasi multiplexing yang umum adalah dalam komunikasi long-haul. Media utama pada jaringan long-haul berupa jalur gelombang  mikro, koaksial, atau serat optik berkapasitas tinggi. Jalur-jalur ini dapat memuat transmisi data dalam jumlah besar secara simultan dengan menggunakan multiplexing.
Pada gambar dibawah ini menggambarkan fungsi multiplexing dalam bentuk yang paling sederhana. Terdapat input n untuk multiplexer. Multiplexer dihubungkan ke demultiplexer melalui sebuah jalur tunggal. Saluran tersebut mampu membawa n channel data yang terpisah.

 

Multiplexer menggabungkan (melakukan multiplexing) data dari jalur input n dan mentransmisikannya melalui jalur berkapasitas tinggi. Demultiplexer menerima aliran data yang sudah dimultiplexkan, kemudian memisahkan (malakukan demultiplexing) data berdasarkan channel, lalu mengirimkannya ke saluran output yang tepat.
Penggunaan multiplexing secara luas dalam komunikasi data dapat dijelaskan melalui hal-hal berikut ini:
Ø  Semakin tinggi rate data, semakin efektif biaya untuk fasilitas transmisi. Maksudnya, untuk suatu aplikasi dan pada jarak tertentu, biaya per kbps menurun bila rate data fasilitas transmisi meningkat. Hampir sama dengan itu, biaya transmisi dan peralatan penerima per kbps menurun, bila rate data meningkat.
Ø  Sebagian besar perangkat komunikasi data individu memerlukan dukungan rate data yang relatif sedang-sedang saja. Sebagai contoh, untuk sebagian besar aplikasi komputer pribadi dan terminal, rate data diantara 9600 bps dan 64 kbps sudah cukup memadai.

Pernyataan tersebut dimaksudkan sebagai syarat-syarat bagi perangkat komunikasi data. Pernyataan yang sama diterapkan untuk komunikasi suara. Maksudnya, semakin besar fasilitas transmisi sebagai syarat untuk channel suara, semakin berkurang biaya per channel suara individu. Kapasitas yang diperklukan untuk sebuah channel suara tunggal biasanya sedang-sedang saja.
Pembahasan ini menitik beratkan pada tiga jenis teknik multiplexing. Pertama, Frequency-Division Multiplexing (FDM), yang paling banyak dilakukan dan cukup dikenal oleh siapa saja yang pernah menggunakan radio atau televisi. Kedua, kasus khusus dari time Division Multiplexing (TDM) atau disebut juga dengan TDM synchkronous. Jenis ini paling banyak dipergunakan untuk memultiplexingkan aliran suara dan aliran data yang didigitalkan. Jenis ketiga dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi synchronous dengan cara menambahkan rangkaian rumit ke multiplexer. Jenis ini memiliki beberapa sebutan, diantaranya statistical TDM, synchronous TDM, dan intellegence TDM. Buku ini menggunakan istilah statistical TDM, yang menyoroti salah satu sifat utamnya. Terakhir, kita mengamati jalur pelanggan digital, yang mengkombinasikan teknologi TDM synchronous dan FDM.

Sumber



3.             TEKNIK MULTIPLEXING
1.      Frequency Division Multiplexing (FDM).
Gabungan banyak kanal input yang menjadi sebuah kanal output yang berdasarkan frekuensi, dimana gabungan ini digunakan ketika bandwidth dari medium melebihi bandwidth sinyal yang diperlukan untuk transmisi. Tiap sinyal dimodulasikan ke dalam frekuensi carrier yang berbeda dan frekuensi carrier tersebut terpisah dimana bandwidth dari sinyal-sinyal tersebut tidak overlap. Contoh yang paling dikenal dari FDM adalah siaran radio dan televisi kabel. FDM disebut juga “code transparent”. Pada gambar di bawah , dapat dilihat enam sumber sinyal dimasukkan ke dalam suatu multiplexer, yang memodulasi tiap sinyal ke dalam frekuensi yang berbeda (f 1,...,f6). Tiap sinyal modulasi memerlukan bandwidth center tertentu disekitar frekuensi carriernya, dinyatakan sebagai suatu channel. Sinyal input baik analog maupun digital akan ditransmisikan melalui medium dengan sinyal analog.

2.      Time Division Multiplexing (TDM).
Digunakan ketika data rate dari medium melampaui data rate dari sinyal digital yang ditransmisi. Sinyal digital yang banyak (atau sinyal analog yang membawa data digital) melewati transmisi tunggal dengan cara pembagian porsi yang     dapat berupa level bit atau dalam blok –blok byte atau yang lebih besar dari tiap sinyal pada suatu waktu. Prinsip TDM adalah menerapkan prinsip penggiliran waktu pemakaian saluran transmisi dengan mengalokasikan satu slot waktu (time slot) bagi setiap pemakai saluran (user). TDM biasanya digunakan untuk komunikasi point to point. Pada TDM, penambahan peralatan pengiriman data lebih mudah dilakukan. TDM lebih efisien daripada FDM.

3.      Statistical Time Division Multiplexing.
TDM yang bekerja seperti FDM mengurangi/menghapus alokasi “idle time” pada Terminal yang tak aktif dan menghapus/mengurangi blok-blok kosong dalam Blok-blok pesan campuran. Statistical TDM dikenal juga sebagai asynchronous TDM dan intelligent TDM, sebagai alternatif synchronous TDM. Efisiensi penggunaan saluran secara lebih baik dibandingkan FDM dan TDM. Memberikan kanal hanya pada terminal yang membutuhkannya dan memanfaatkan sifat lalu lintas yang mengikuti karakteristik statistik. STDM dapat mengidentifikasi terminal mana yang mengganggur / terminal mana yang membutuhkan transmisi dan mengalokasikan waktu pada jalur yang dibutuhkannya. Untuk input, fungsi multiplexer ini untuk men-scan bufferbuffer input, mengumpulkan data sampai penuh, dan kemudian mengirim frame tersebut. Dan untuk output, multiplexer menerima suatu frame dan mendistribusikan slot-slot data ke buffer output tertentu.

Sumber


2. 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar